Pedang
Damaskus pertama kali dikenal oleh para tentara
salib yang secara langsung menyaksikan senjata ini pada pertempuran
dengan
pasukan muslim pada sekitar tahun 1750. Pedang menawan ini dikenal
dengan
sebutan baja “berair”. Dijuluki seperti itu dikarenakan terdapat pola
garis seperti ombak berwarna gelap dan terang serupa dengan pola air
pada seluruh permukaan
logam. Ada banyak cerita yang beredar mengenai kemampuan pedang ini,
Dikatakan
bahwa pedang ini cukup kuat untuk membelah batu besar, dan bila pedang
diletakkan dan di atasnya dijatuhkan kain sutra, maka kain akan terbelah
menjadi
dua tanpa terlihat bekas potongan. Dalam kisah lain juga diceritakan
bahwa
pedang ini dapat memotong pedang lawan dalam sekali tebas tanpa
menyebabkan
kerusakan sedikitpun, dan dapat diduga, tebasan selanjutnya merupakan
hal
terakhir yang dilihat oleh para musuh. Reputasi tersebut yang sangat
mengintimidasi para pasukan salib yang tengah menginvasi wilayah
kependudukan
umat islam.
Pada masa
itu, Damaskus berada dalam kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Ibnu Asakir (wafat pada
1177 M) dalam bukunya berjudul “Sejarah Kota Damaskus” juga mengisahkan kota
yang sempat menjadi ibu kota Dinasti Umayyah pada abad ke-7 M dan 8 M itu
sebagai pusat pembuatan pedang yang kesohor. Pedang buatan Damaskus yang kerap
disebut sebagai pedang Persia sangat lentur dan ulet. Kehebatan pedang dari
dunia Islam sempat membuat peradaban Barat terperangah dan terkagum-kagum.
Salah satu
penyebab kekalahan pasukan salib ialah faktor peralatan tempur. Walaupun
pasukan Salib memiliki jumlah pasukan yang lebih besar, namun pasukan muslim
memiliki kuda perang yang tangguh dan memiliki perlengkapan dan persenjataan
yang lebih baik, misalnya baju perang yang ringan dan kuat sehingga dapat
bergerak dengan lincah serta bersenjatakan pedang Damaskus.
Mungkin
selama ini kita mengenal bahwa katana dari Jepang adalah pedang yang
paling tajam di dunia. Namun kenyataannya pedang yang paling tajam
adalah Pedang Damaskus (Damascus Sword).
Pedang
Damaskus ini sangat kuat tapi tetap fleksibel sehingga ujung pedangnya
dapat ditekuk sampai gagang pedang. Pedang ini juga sangat tajam
sehingga dapat MEMOTONG PEDANG EROPA DENGAN MUDAH, memotong batu tanpa
mengalami kerusakan sama sekali, bahkan dikatakan dapat memotong sehelai
sutra yang sedang dijatuhkan ke tanah.
Pada perang
salib, pasukan Eropa dikejutkan oleh pedang yg dimiliki oleh pasukan
kaum Muslimin karena dapat dengan mudah menembus baju zirah pasukan
crusader, bahkan mampu membelah tameng.
Ciri Khas
Pedang Damaskus adalah Pattern atau Pola Tanda Air di permukaannya,
mirip dengan Keris Indonesia (namun Tanda Air pada Baja Damascus bukan
karena teknik lipatan logam).
Penelitian
yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari University of Dresden,
mengungkap sebuah rahasia yang luar biasa yaitu keberadaan carbon
nanotubes. Ternyata tanpa disadari, pembuat pedang ini menggunakan
teknologi nano ketika menempa pedang. Sayangnya, teknik pembuatan
pedang ini menghilang di abad ke-18.
Nanoteknologi
mencakup pengembangan teknologi dalam skala nanometer, biasanya 0,1
sampai 100 nm (satu nanometer sama dengan seperseribu mikrometer atau
sepersejuta milimeter). Istilah ini kadangkala diterapkan ke teknologi
sangat kecil. Ruang lingkupnya juga sangat luas, bisa merambah ke
berbagai bidang seperti kedokteran, robotik, fisika,dll. Sedangkan
carbon nanotubes merupakan ikatan carbon yang berbentuk silinder dengan
diameter 4 nanometer (1 nano=1/1.000.000.000).
Material
yang digunakan bernama wootz steel, kaya akan kandungan carbon
nanotubes. Material ini katanya diimpor dari India, dan pembuatan pedang
damascus terhenti karena habisnya material ini.
Tapi
apa itu nanotubes? Dilihat dari asal katanya nano yang adalah ukuran,
yaitu 1 nanometer sama dengan 1 per satu milyar meter. Anda bisa
membayangkan betapa sungguh sangat kecil itu. Tube adalah suatu bentuk
seperti pipa, lihat gambar di atas (dalam dunia
engineering istilah
tube tidak sama dengan pipa). Carbon nanotubes adalah struktur lain
dari atom karbon yang sama dengan atom karbon pada grafit yang sering
kita temui sebagai bahan ujung pensil. Dan sama juga dengan atom karbon
pada diamond. Dengan kata lain perbedaaannya hanya ada pada struktur
kristalnya.
Lalu apa hubungangannya dengan ketangguhan
dan ketajaman pedang? Carbon nanotube mempunyai karakter yang luar
biasa, kekuatannya 20-30 kali kekuatan baja paling kuat, demikian juga
dengan kekerasannya. Jadi jika misalnya seutas kawat dengan diameter
sekian milimeter mampu menahan sepenuhnya tubuh satu orang unuk
menggantungkan diri dari sebuah helikopter, maka hanya dibutuhnya kawat
nanotubes dengan luas penampang 1/20 dari luas penampang baja tadi.
Put another way, dengan luas penampang yang sama, kawat carbon nanotube
dapat menahan kurang lebih 20 kali beban yang mampu ditahan kawat
baja tadi.
Baja
pada umumnya mempunyai fasa dominan yang disebut ferit yang sifatnya
lunak. Namun pada baja pedang damaskus, terdapat struktur (fasa) carbon
nanotubes yang sangat kuat. Stuktur carbon nanotube tadi terdistribusi
tertentu di dalam ferit, sedemikian hingga menghasilkan kombinasi
sifat akhir yang sangat luar biasa. Itulah pedang yang ditakuti para
ksatria Eropa beratus-ratus tahun.
Dan sampai saat ini belum ada
scientists yang
bisa menemukan bagaimana cara membuat carbon nanotubes dalam struktur
mikro baja. Termasuk bagaimana membuat pedang damaskus dengan struktur
yang sama seperti aslinya. Pelajaran penting dan mencengangkan lainnya
adalah, dengan pengalaman ternyata suatu masyarakat bisa menciptakan
sesuatu karya yang elegan, bahkan bisa dibilang melebihi sejarah
pengetahuan itu sendiri. Luar biasa!
Baja Damaskus
adalah material legendaris dari baja yang mempunyai sifat superplastis
(kemampuan untuk mengalami deformasi tetap tanpa retak hingga 1000%).
Dengan
sifat yang unik ini maka baja Damaskus banyak digunakan sebagai
material untuk membuat pedang dan senjata. Menurut mitos senjata yang
dibuat menggunakan Baja Damaskus TIDAK AKAN PERNAH TUMPUL ATAU PATAH.
Selain memiliki sifat superplastis baja Damaskus juga mempunyai ciri
khas yaitu adanya pola air (watermarking) pada permukaannya.
Baja
Damaskus dibuat pertama kali di India dan kemudian berkembang sampai
Suriah. Nama Damaskus sendiri diberikan oleh bangsa Barat yang terlibat
Perang Salib dan menjumpai senjata yang berbahan baja Damaskus di kota
Damaskus, Suriah.
Pedang Damaskus pernah digunakan
oleh pemimpin muslim Salahuddin Al-Ayyubi pada Perang Salib III melawan
Tentara Kristen yang di pimpin oleh Richard The Lionheart. Helm dan
baju zirah Salahuddin (lempengan logamnya) juga terbuat dari baja/logam
Damaskus.